... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Head
▼
Sabtu, 28 Desember 2013
KIOS SUARA HATI
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Selasa, 24 Desember 2013
KERJAKAN YANG KAU MAMPU
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
SEPULUH PENGGANJAL KEBAHAGIAAN ANDA
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Minggu, 22 Desember 2013
BATU UNTUK DILEMPARKAN
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Sabtu, 21 Desember 2013
GRATIS SEPANJANG MASA
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Selasa, 17 Desember 2013
POHON, DAUN DAN ANGIN
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
MAWAR DARI SURGA
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Senin, 16 Desember 2013
ANJING CERDAS
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Sabtu, 14 Desember 2013
THE GIRL WHO SILENCED THE WORLD FOR 5 MINUTES
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Jumat, 13 Desember 2013
CINTA TITIK
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Rabu, 11 Desember 2013
Lebih baik Lajang atau Menikah?
... baca selengkapnya di ATUR KEUANGAN Rencana Finansial Nomor 1
PANCAKE BUAT TUHAN
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Sabtu, 07 Desember 2013
ANJING CERDAS
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
SEPATU SANG RAJA
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Jumat, 06 Desember 2013
KEKUATAN SEBUAH PUJIAN
Ada dua gadis bekerja pada sebuah perusahaan yang sama. Nona Wang dan Chang. Keduanya memiliki karakter yang berbeda dan karenanya tak dapat sharing atau bertukar pikiran bersama. Walaupun keduanya tidak saling membenci, namun mereka bukanlah sahabat karib dan tak saling mengagumi cara kerja serta sifat masing-masing.
Suatu hari, nona Chang meminta teman kerja yang lain, Pak Chou, untuk menegur nona Wang agar ia memperbaiki serta mengontrol dorongan emosinya. Sebab kalau tidak demikian, tak akan ada orang yang mau berteman dengannya. Demikian alasan nona Chang. Pak Chou menyetujui permintaan nona Chang itu.
Setelah beberapa hari, nona Chang berpapasan dengan nona Wang. Nona Wang dengan penuh ramah dan sopan menegur nona Chang. Sejak itu nona Chang melihat adanya perubahan besar dalam diri nona Wang, yang kelihatannya seakan-akan telah berubah menjadi seorang peribadi baru, seorang peribadi yang menyenangkan dan disukai banyak orang.
Nona Chang lalu bertemu Pak Chou untuk mengungkapk....
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Rabu, 04 Desember 2013
Bahasa Sanskerta
Bahasa Sanskerta merupakan sebuah bahasa klasik India, sebuah bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddhisme, dan Jainisme dan salah satu dari 23 bahasa resmi India. Bahasa ini juga memiliki status yang sama di Nepal.
Posisinya dalam kebudayaan Asia Selatan dan Asia Tenggara mirip dengan posisi bahasa Latin dan Yunani di Eropa. Bahasa Sanskerta berkembang menjadi banyak bahasa-bahasa modern di anakbenua India. Bahasa ini muncul dalam bentuk pra-klasik sebagai bahasa Weda. Yang terkandung dalam kitab Rgweda merupakan fase yang tertua dan paling arkhais. Teks ini ditarikhkan berasal dari kurang lebih 1700 SM dan bahasa Sanskerta Weda adalah bahasa Indo-Arya yang paling tua ditemui dan salah satu anggota rumpun bahasa Indo-Eropa yang tertua.
Khazanah sastra Sanskerta mencakup puisi yang memiliki sebuah tradisi yang kaya, drama dan juga teks-teks ilmiah, teknis, falsafi, dan agamis. Saat ini bahasa Sanskerta masih tetap dipakai secara luas sebagai sebuah bahasa seremonial pada upacara-upacara Hindu dalam bentuk stotra dan mantra. Bahasa Sanskerta yang diucapkan masih dipakai pada beberapa lembaga tradisional di India dan bahkan ada beberapa usaha untuk menghidupkan kembali bahasa Sanskerta.
Yang akan dibicarakan di artikel ini adalah bahasa Sanskerta Klasik seperti diulas pada tata bahasa Sanskerta karangan Panini, pada sekitar tahun 500 SM.
Sejarah
Naskah Devimahatmya pada daun lontar menggunakan aksara Bhujimol awal, berasal dari Bihar atau Nepal, abad ke-11.
Bahasa Sanskerta termasuk cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bersama dengan bahasa Iran, bahasa Sanskerta termasuk rumpun bahasa Indo-Iran dan dengan ini bagian dari kelompok Satem bahasa-bahasa Indo-Eropa, yang juga mencakup cabang Balto-Slavik.
Ketika istilah bahasa Sanskerta muncul di India, bahasa ini tidaklah dipandang sebagai sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya, namun terutama sebagai bentuk halus atau berbudaya dalam berbicara. Pengetahuan akan bahasa Sanskerta merupakan sebuah penanda kelas sosial dan bahasa ini terutama diajarkan kepada anggota kasta-kasta tinggi, melalui analisis saksama para tatabahasawan Sanskerta seperti Pāṇini. Bahasa Sanskerta sebagai bahasa terpelajar di India berada di samping bahasa-bahasa Prakreta yang merupakan bahasa rakyat dan akhirnya berkembang menjadi bahasa-bahasa Indo-Arya modern (bahasa Hindi, bahasa Assam, bahasa Urdu, Bengali dan seterusnya). Kebanyakan bahasa Dravida dari India, meski merupakan bagian rumpun bahasa yang berbeda, mereka sangat dipengaruhi bahasa Sanskerta, terutama dalam bentuk kata-kata pinjaman. Bahasa Kannada, Telugu dan Malayalam memiliki jumlah kata serapan yang terbesar sementara bahasa Tamil memiliki yang terendah. Pengaruh bahasa Sanskerta pada bahasa-bahasa ini dikenali dengan wacana Tat Sama ("sama") dan Tat Bhava ("berakar"). Sementara itu bahasa Sanskerta sendiri juga mendapatkan pengaruh substratum bahasa Dravida sejak masa sangat awal.
Bahasa Weda
Bentuk Weda dari bahasa Sanskerta adalah sebuah turunan dekat bahasa Proto-Indo-Iran, dan masih lumayan mirip (dengan selisih kurang lebih 1.500 tahun) dari bahasa Proto-Indo-Europa, bentuk bahasa yang direkonstruksi dari semua bahasa Indo-Eropa. Bahasa Weda adalah bahasa tertua yang masih diketemukan dari cabang bahasa Indo-Iran dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa ini masih sangat dekat dengan bahasa Avesta, bahasa suci agama Zoroastrianisme. Kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa yang lebih mutakhir dari Eropa seperti bahasa Yunani, bahasa Latin dan bahasa Inggris bisa dilihat dalam kata-kata berikut: Ing. mother /Skt. मतृ matṛ atau Ing. father /Skt. पितृ pitṛ.
Penelitian oleh bangsa Eropa
Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620–1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681–1731), dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones. Hal ini memainkan peranan penting pada perkembangan ilmu perbandingan bahasa di Dunia Barat.Sir William Jones, pada kesempatan berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata:
“ | "The Sanskrit language whatever be its antiquity, is of a wonderful structure; more perfect than the Greek, more copious than the Latin, and more exquisitely refined than either, yet bearing to both of them a stronger affinity, both in the roots of verbs and in the forms of grammar, than could possibly have been produced by accident; so strong, indeed, that no philologer could examine them all three, without believing them to have sprung from some common source, which, perhaps, no longer exists." | ” |
“ | "Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunaannya, memiliki struktur yang menakjubkan; lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, namun memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya, baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tata bahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan; sangat eratlah keterkaitan ini, sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada." | ” |
Beberapa ciri-ciri
Kasus
Salah satu ciri-ciri utama bahasa Sanskerta ialah adanya kasus dalam bahasa ini, yang berjumlah 8. Dalam bahasa Latin yang masih serumpun hanya ada 5 kasus. Selain itu ada tiga jenis kelamin dalam bahasa Sanskerta, maskulin, feminin dan netral dan tiga modus jumlah, singular, dualis dan jamak:- kasus nominatif
- kasus vokatif
- kasus akusatif
- kasus instrumentalis
- kasus datif
- kasus ablatif
- kasus genetif
- kasus lokatif
Singular:
- nom. devas arti: "Dewa"
- vok. (he) deva arti: "Wahai Dewa"
- ak. devam arti: "ke Dewa" dsb.
- inst. devena arti: "dengan Dewa" dsb.
- dat. devāya arti: "kepada Dewa"
- ab. devāt arti: "dari Dewa"
- gen. devasya arti: "milik Dewa"
- lok. deve arti: "di Dewa"
- nva devau
- ida devābhyām
- gl devayos
- nv devās
- a devān
- i devais
- da devebhyas
- g devānām
- l deveṣu
Skema dasar tasrifan (deklensi) sufiks untuk kata-kata benda dan sifat
Skema dasar tasrifan bahasa Sanskerta untuk kata-kata benda dan sifat disajikan di bawah ini. Skema ini berlaku untuk sebagian besar kata-kata.Tunggal | Dualis | Jamak | |
---|---|---|---|
Nominatif | -s (-m) |
-au (-ī) |
-as (-i) |
Akusatif | -am (-m) |
-au (-ī) |
-as (-i) |
Instrumentalis | -ā | -bhyām | -bhis |
Datif | -e | -bhyām | -bhyas |
Ablatif | -as | -bhyām | -bhyas |
Genitif | -as | -os | -ām |
Lokatif | -i | -os | -su |
Vokatif | -s (-) |
-au ( -ī) |
-as (-i) |
Pokok-a
Pokok-a (/ə/ or /ɑː/) mencakup kelas akhiran kata benda yang terbesar. Biasanya kata-kata yang berakhir dengan -a pendek berkelamin maskulin atau netral. Kata-kata benda yang berakhirkan -a panjang (/ɑː/) hampir selalu feminin. Kelas ini sangatlah besar karena juga mencakup akhiran -o dari bahasa proto-Indo-Eropa.Maskulin (kā́ma- 'cinta') | Netral (āsya- 'mulut') | Feminin (kānta- 'tersayang') | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak | |
Nominatif | kā́mas | kā́māu | kā́mās | āsyàm | āsyè | āsyā̀ni | kāntā | kānte | kāntās |
Akusatif | kā́mam | kā́māu | kā́mān | āsyàm | āsyè | āsyā̀ni | kāntām | kānte | kāntās |
Instrumentalis | kā́mena | kā́mābhyām | kā́māis | āsyèna | āsyā̀bhyām | āsyāìs | kāntayā | kāntābhyām | kāntābhis |
Datif | kā́māya | kā́mābhyām | kā́mebhyas | āsyā̀ya | āsyā̀bhyām | āsyèbhyas | kāntāyai | kāntābhyām | kāntābhyās |
Ablatif | kā́māt | kā́mābhyām | kā́mebhyas | āsyā̀t | āsyā̀bhyām | āsyèbhyas | kāntāyās | kāntābhyām | kāntābhyās |
Genitif | kā́masya | kā́mayos | kā́mānām | āsyàsya | āsyàyos | āsyā̀nām | kāntāyās | kāntayos | kāntānām |
Lokatif | kā́me | kā́mayos | kā́meṣu | āsyè | āsyàyos | āsyèṣu | kāntāyām | kāntayos | kāntāsu |
Vokatif | kā́ma | kā́mau | kā́mās | ā́sya | āsyè | āsyā̀ni | kānte | kānte | kāntās |
Pokok -i dan -u
Mas. dan Fem. (gáti- 'kepergian') | Netral (vā́ri- 'air') | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak | |
Nominatif | gátis | gátī | gátayas | vā́ri | vā́riṇī | vā́rīṇi |
Akusatif | gátim | gátī | gátīs | vā́ri | vā́riṇī | vā́rīṇi |
Instrumentalis | gátyā | gátibhyām | gátibhis | vā́riṇā | vā́ribhyām | vā́ribhis |
Datif | gátaye, gátyāi | gátibhyām | gátibhyas | vā́riṇe | vā́ribhyām | vā́ribhyas |
Ablatif | gátes, gátyās | gátibhyām | gátibhyas | vā́riṇas | vā́ribhyām | vā́ribhyas |
Genitif | gátes, gátyās | gátyos | gátīnām | vā́riṇas | vā́riṇos | vā́riṇām |
Lokatif | gátāu, gátyām | gátyos | gátiṣu | vā́riṇi | vā́riṇos | vā́riṣu |
Vokatif | gáte | gátī | gátayas | vā́ri, vā́re | vā́riṇī | vā́rīṇi |
Mas. dan Fem. (śátru- 'seteru, musuh') | Netral (mádhu- 'madu') | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak | |
Nominatif | śátrus | śátrū | śátravas | mádhu | mádhunī | mádhūni |
Akusatif | śátrum | śátrū | śátrūn | mádhu | mádhunī | mádhūni |
Instrumentalis | śátruṇā | śátrubhyām | śátrubhis | mádhunā | mádhubhyām | mádhubhis |
Datif | śátrave | śátrubhyām | śátrubhyas | mádhune | mádhubhyām | mádhubhyas |
Ablatif | śátros | śátrubhyām | śátrubhyas | mádhunas | mádhubhyām | mádhubhyas |
Genitif | śátros | śátrvos | śátrūṇām | mádhunas | mádhunos | mádhūnām |
Lokatif | śátrāu | śátrvos | śátruṣu | mádhuni | mádhunos | mádhuṣu |
Vokatif | śátro | śátrū | śátravas | mádhu | mádhunī | mádhūni |
Pokok vokal panjang
Pokok ā (jā- 'kepandaian') | Pokok ī (dhī- 'pikiran') | Pokok ū (bhū- 'bumi') | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak | |
Nominatif | jā́s | jāú | jā́s | dhī́s | dhíyāu | dhíyas | bhū́s | bhúvāu | bhúvas |
Akusatif | jā́m | jāú | jā́s, jás | dhíyam | dhíyāu | dhíyas | bhúvam | bhúvāu | bhúvas |
Instrumentalis | jā́ | jā́bhyām | jā́bhis | dhiyā́ | dhībhyā́m | dhībhís | bhuvā́ | bhūbhyā́m | bhūbhís |
Datif | jé | jā́bhyām | jā́bhyas | dhiyé, dhiyāí | dhībhyā́m | dhībhyás | bhuvé, bhuvāí | bhūbhyā́m | bhūbhyás |
Ablatif | jás | jā́bhyām | jā́bhyas | dhiyás, dhiyā́s | dhībhyā́m | dhībhyás | bhuvás, bhuvā́s | bhūbhyā́m | bhūbhyás |
Genitif | jás | jós | jā́nām, jā́m | dhiyás, dhiyā́s | dhiyós | dhiyā́m, dhīnā́m | bhuvás, bhuvā́s | bhuvós | bhuvā́m, bhūnā́m |
Lokatif | jí | jós | jā́su | dhiyí, dhiyā́m | dhiyós | dhīṣú | bhuví, bhuvā́m | bhuvós | bhūṣú |
Vokatif | jā́s | jāú | jā́s | dhī́s | dhiyāu | dhíyas | bhū́s | bhuvāu | bhúvas |
Hukum sandhi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hukum sandhi bahasa Sanskerta
Selain itu dalam bahasa Sanskerta didapatkan apa yang disebut hukum sandhi, sebuah fenomena fonetik di mana dua bunyi berbeda yang berdekatan bisa berasimilasi.Pembentukan kata majemuk
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kata majemuk dalam bahasa Sanskerta
Kata-kata majemuk dalam bahasa Sanskerta sangat banyak digunakan,
terutama menyangkut kata-kata benda. Kata-kata ini bisa menjadi sangat
panjang (lebih dari 10 kata). Nominal majemuk terjadi dengan beberapa
bentuk, namun secara morfologis mereka sejatinya sama. Setiap kata benda
(atau kata sifat) terdapat dalam bentuk akarnya (bentuk lemah), dengan
unsur terakhir saja yang ditasrifkan sesuai kasusnya. Beberapa contoh
kata benda atau nominal majemuk termasuk kategori-kategori yang
diperikan di bawah ini.- Avyayibhāva
- Tatpuruṣa
- Karmadhāraya
- Dvigu
- Dvandva
- Bahuvrīhi